Mebel Indonesia Tertekan Persaingan Vietnam di Pasar AS, Kadin Soroti Kebutuhan Strategi dan Komitmen
- HIMKI Pusat
- 27 Agu
- 3 menit membaca

HO CHI MINH, 27 Agustus 2025 – Industri kayu dan mebel Vietnam menunjukkan sinyal pertumbuhan yang kuat, didukung oleh pasar Amerika Serikat (AS) yang dominan, diversifikasi ekspor, dan dukungan pemerintah yang masif. Kondisi ini menjadi sorotan bagi industri Indonesia, mengingat persaingan ketat di pasar global.
Menurut data Konfederasi Perdagangan dan Industri Vietnam (VCCI), ekspor kayu dan mebel Vietnam ke AS mencapai 5,4 miliar dollar AS pada Juni-Juli 2025, naik 10% dari tahun sebelumnya. Tran Ngoc Liem, General Director Kamar Dagang dan Industri Vietnam (VCCI) Ho Chi Minh City, menyatakan, "AS masih menjadi tujuan terbesar, mendominasi lebih dari 58% total omzet ekspor. Ini menunjukkan para pembeli AS memercayai Vietnam sebagai salah satu penyuplai produk kayu dan mebel terbesar dunia."
Pernyataan tersebut disampaikan dalam sambutannya pada pembukaan pameran mebel Vietnam ASEAN International Furniture and Home Accessories Fair (Vifa ASEAN) 2025 di Ho Chi Minh, di mana Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) turut berpartisipasi dengan membawa enam perusahaan anggota.
Meskipun menunjukkan kinerja positif, Vietnam menyadari risiko ketergantungan pada pasar tunggal seperti AS. Oleh karena itu, diversifikasi pasar menjadi strategi utama mereka, dengan menargetkan negara-negara seperti Jepang, Tiongkok, Eropa, Korea Selatan, Kanada, Inggris, Australia, Malaysia, dan India.
Peran Pemerintah Vietnam dan Kesiapan Indonesia
Pemerintah Vietnam berkomitmen penuh mendukung industri mebel mereka. Vu Ba Phu, General Director of the Vietnam Trade Promotion Agency, mengemukakan bahwa Ho Chi Minh City diposisikan sebagai hub utama perdagangan di Asia Tenggara, didukung infrastruktur modern dan pekerja berkemampuan tinggi.
Vietnam juga mempromosikan transformasi digital, adopsi teknologi modern, dan produksi ramah lingkungan, serta mendukung pengembangan logistik untuk pengiriman barang yang lebih cepat dan efisien.
Di sisi lain, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mengakui bahwa industri mebel Indonesia mulai tertinggal dari Vietnam. Edwin Setiawan Tjie, Chairman Kadin Komite Bilateral Vietnam, menyatakan, "Kita harus meniru mereka, mau enggak mau harus meniru. Kalau kita tidak tiru cara-cara seperti mereka yang gigih dalam memasuki dunia yang penuh ketidakpastian ini, kita akan tertinggal."
Edwin menyoroti perlunya pengusaha Indonesia untuk gigih dan tangguh, serta mengubah cara berpikir lama. Indonesia perlu lebih aktif mencari buyer di negara-negara yang memiliki kesepakatan perdagangan bebas, seperti yang baru-baru ini ditandatangani dengan Peru melalui Indonesia-Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (IP CEPA).
Salah satu keluhan utama dari pembeli di Eropa dan AS tentang pengusaha Indonesia adalah masalah komitmen dan ketepatan waktu. Sebaliknya, pengusaha Vietnam dinilai selalu tepat waktu dan menjaga kualitas.
Keunggulan dan Tantangan Mebel Indonesia

Meskipun menghadapi tantangan, Edwin mengemukakan bahwa Indonesia masih unggul dalam hal sumber daya alam. Kuantitas dan jenis kayu, termasuk rotan, lebih banyak dan beragam. Ia menekankan perlunya kolaborasi antar pelaku usaha untuk memanfaatkan keunggulan ini secara bijak di tengah ketidakpastian pasar.
Marthunus Fahrizal, Ketua Delegasi HIMKI, juga menyatakan pentingnya diversifikasi pasar. "Kami harus mencari pasar-pasar baru. Setelah cukup sulit bernegosiasi dengan AS, (pasar) Asia Tenggara kini potensial untuk jadi alternatif pasar mebel dan kerajinan Indonesia," ujarnya. Selain Asia Tenggara, HIMKI juga menargetkan Timur Tengah dan India sebagai pasar baru yang menjanjikan.
Menurut data yang diolah HIMKI dari Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor mebel dan kerajinan Indonesia naik dari 2,424 miliar dollar AS pada 2023 menjadi 2,598 miliar dollar AS pada 2024. Mebel kayu menjadi penyumbang terbesar dengan nilai 1,009 miliar dollar AS atau 52,4% pada 2024.
Pada tahun yang sama, AS tetap menjadi tujuan utama ekspor mebel Indonesia, menyumbang 1,035 miliar dollar AS atau 53,76%. Sementara ekspor kerajinan ke AS senilai 297,1 juta dollar AS atau 44,13% dari total ekspor kerajinan.
Dengan kehadiran HIMKI yang membawa enam perusahaan anggota ke pameran Vifa ASEAN, industri mebel Indonesia berharap dapat belajar dari strategi Vietnam dan memperkuat posisinya di pasar global.
Komentar