CV Nuansa Kayu Bekas: Menyulap Limbah Kayu Menjadi Produk Mebel dan Kerajinan untuk Pasar Ekspor
SOLO – CV Nuansa Kayu Bekas, sebuah perusahaan yang berbasis di Solo Jawa Tengah, berhasil menarik perhatian pasar internasional dengan produk-produk mebel dan kerajinan kayu daur ulang yang sepenuhnya terbuat dari kayu bekas. Dengan memanfaatkan bahan-bahan yang seringkali dianggap limbah, perusahaan ini mengubahnya menjadi karya seni yang fungsional dan estetis, siap menghiasi rumah-rumah di berbagai belahan dunia.
Berawal dari visi untuk mengurangi limbah kayu dan mengatasi masalah lingkungan, CV Nuansa Kayu Bekas didirikan oleh Rani Permata Sari, yang memiliki latar belakang sebagai pengrajin kayu. Dari sebuah promosi melalui kegiatan pameran ia melihat potensi besar dari kayu bekas yang seringkali terbuang sia-sia.
Melalui proses pengumpulan, penyortiran, dan pengolahan yang teliti, kayu-kayu ini diubah menjadi produk mebel yang elegan dan tahan lama dan sangat diminato oleh buyer mancanegara.
“Kami ingin menunjukkan bahwa kayu bekas memiliki nilai yang luar biasa jika diolah dengan tepat. Selain membantu mengurangi deforestasi, produk kami juga menawarkan estetika unik yang tidak bisa ditemukan pada kayu baru,” kata Rani yang juga Wakil Ketua Bidang Promosi Dalam Negeri DPP Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) dalam percakapan dengan Bisnistoday Jumat (21/6)
Produk-produk dari CV Nuansa Kayu Bekas mencakup berbagai jenis mebel seperti meja, kursi, lemari, dan rak, serta kerajinan kayu seperti patung, bingkai foto, dan aksesoris rumah lainnya. Semua produk ini dibuat dengan tangan oleh para pengrajin berpengalaman, menjamin kualitas tinggi dan keunikan setiap item.
Pasar internasional sangat responsif terhadap produk yang ditawarkan. Mereka menghargai nilai keberlanjutan dan cerita di balik setiap produk. Ini menjadi motivasi bagi CV Nuansa Kayu Bekas untuk terus berinovasi dan menjaga kualitas,” tambah Rani menjelaskan, dulu buyer dari Eropa mengimpor produk mebel dan kerajinan buatan CV Nuansa Kayu Bekas dengan jumlah mencapai puluhan kontaiter per bulan. Namun sejak terjadi konflik perang paling hanya 5 sampai 6 kontainer per bulan. Mereka tidak mau stok barang dalam jumlah banyak. Itulah alasan, kenapa penjualan ke pasar ekspor Eropa mengalami penurunan.
Kendati demikian Rani tidak mau berpangku tangan hanya mengandalkan pasar ke Eropa. Ia pun mulai membidik pasar negara-negara di Asia. Untuk membdik pasar baru ke Asia itu, Rani dengan bendera CV Nuansa Kayu mencoba untuk berpromosi dengan mengikuti pameran mebel dan kerajinan di Hongkong.
“Dan Alhamdulillah, dari mengikuti pameran di Hongkong itu kami mendapat buyer dari Jepang dan Korea yang berminat untuk membeli produk mebel dan kerajinan buatan CV Nuansa Kayu Bekas,’’ tutur Rani dengan muka berseri-seri.
Rani merasa bersyukur dengan adanya pembeli baru dari negara-negara Asia itu, sehingga industri mebel dan kerajinan yang dia kelola bisa tetap eksis dan bisa menutup segala biaya termasuk membayar upah para tenaga kerja.
Rani mengungkapkan produk mebel dan kerajinan berbahan kayu daur ulang itu telah lolos memenuhi sertifikasi SVLK, yaitu suatu persyaratan mengenai bahan baku yang akan digunakan untuk dijadikan suatu produk.
Sejauh ini kata Rani, produk yang dibuatnya 100 persen memang untuk memenuhi permintaan ekspor ke Eropa dan Amerika Serikat. Tetapi dengan adanya konflik (perang) dia membidik pasar Asia dengan Jepang dan Korsel sebagai langkah awal.
Rani menjelaskan, sebenarnya pasar dalam negeri juga cukup menarik atau potensial untuk digarap. Namun selama ini, perusahaannya sudah begitu lama menggeluti pasar ekspor ke neagara-negara Eropa dan AS, sehingga pasar dalam negeri belum tersentuh sama sekali. Padahal ada 10 produk mebel dan kerajinan dari CV Nuansa Kayu Bekas nya yang sudah meraih serfikikasi TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) dari Kementerian Perindustrian.
Ini menunjukkan produk mebel dan kerajinan yang di produksi CV Nuansa Kayu Bekas sudah memenuhi syarat untuk mengikuti tender pengadaan barang di intansi pemerintah atau lembaga maupun BUMN yang menggunakan dana yang bersumber dari APBN maupun APBD. Apalagi setelah melihat e-katalog LKPP, harga yang ditawarkan pihak intansi pemerntah/ lembaga maupun BUMN/BUMD bisa masuk dengan harga jual yang ditawarkan perusahaan. ***Bisnistoday***
Comments