top of page

Menghidupkan Anyaman Warisan: Dende Iba Putrisya Umar Balik Badan dari Sarjana Hukum Jadi Penganyam Rotan

Diperbarui: 4 Agu

dende iba

MATARAM, 3 Agustus 2025 – Di antara gemulai rotan yang dianyam dengan kesabaran, terselip kisah tentang warisan, inovasi, dan tekad seorang perempuan muda. Dende Iba Putrisya Umar, SH, tak sekadar memandang rotan sebagai serat alam. Di matanya, ia adalah kanvas budaya Nusa Tenggara Barat (NTB) yang hidup—ditenun dari sejarah, diwarnai identitas lokal, dan dipersembahkan untuk dunia.


Sebagai Ketua DPD Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) NTB yang baru, ia berikhtiar membawa anyaman tradisi ini melintasi batas geografi dan imajinasi. Kerajinan rotan NTB bukan produk biasa. Ia adalah puisi visual yang lahir dari tangan-tangan terampil pengrajin. Warna hangatnya—coklat muda, krem, keemasan—menyiratkan kehangatan bumi tropis.


Teksturnya yang halus namun kokoh menjadi simbol ketangguhan masyarakatnya. Setiap pola geometris dan ornamen tradisional di dalamnya adalah cerita: motif tenun, simbol adat Bima-Sumbawa, atau filosofi leluhur yang tetap relevan.


“Rotan kami bukan sekadar perabot,” ujar Dende, Manajer Pemasaran dan Keuangan CV. Bijaksana, dengan mata berbinar. “Ia adalah identitas yang berbicara melalui bentuk.” Dari kursi elegan, vas bunga, hingga lampu gantung, rotan NTB menjawab kebutuhan modern tanpa mengubur akar tradisi. Kini, sentuhan desain minimalis dari para perajin muda membuatnya makin digandrungi pasar global.


Tantangan di Balik Keelokan

Sebagai generasi milenial, Dende tak menunggu. Ia membawa rotan NTB ke dunia digital dengan langkah taktis: Branding via Sosmed: Instagram, Facebook, dan TikTok dipenuhi konten estetik—proses produksi, testimoni pelanggan, hingga ide dekorasi rumah.

Ekspansi ke Marketplace: Produk dijajakan di Shopee, Tokopedia, hingga Etsy untuk pasar global.


Iklan Berbayar Presisi: Facebook dan Instagram Ads menyasar audiens potensial.

Konten Edukasi: Video pendek tentang perawatan furnitur rotan atau cerita di balik pembuatannya. “Digitalisasi bukan pilihan, tapi keharusan,” tegas Dende dalam percakapan santai dengan POSSORE.ID pekan kemarin.


Dende berharap pemerintah daerah menyediakan fasilitas kargo untuk memangkas rantai distribusi. Sementara ke HIMKI Pusat, ia menyampaikan permintaan dukungan bahan baku rotan berkualitas berkelanjutan. Disamping juga pelatihan-pelatihan finishing. “Bahan bagus adalah pondasi produk unggul,” ujarnya.


Sebagai sarjana hukum konsentrasi hukum bisnis, latar belakang pendidikannya justru menjadi senjata. Skripsinya tentang kerajinan rotan Lombok Tengah membantunya memahami kompleksitas bisnis berbasis budaya.


Dibawah kepemimpinannya, Dende berencana meluaskan wilayah kerjanya. HIMKI NTB kini baru menjangkau Lombok Tengah, Barat, dan Timur. Dende bercita-cita memperluas jaringan ke Lombok Utara, Sumbawa, Dompu, dan Bima. “Setiap daerah punya kekhasan kerajinan. Mereka berhak dapat pembinaan dan akses pasar,” tekadnya.


Optimismenya tak bertepuk sebelah tangan. Ia yakin mebel dan kerajinan rotan NTB—dari anyaman rotan, tenun ikat, ukiran kayu, hingga mutiara—bisa menjadi ikon ekonomi kreatif Indonesia. “Kami punya budaya kaya, pengrajin ulung, dan semangat muda. Dengan kolaborasi, rotan NTB akan mendunia!”


Prinsip hidupnya pun menggema dalam perjuangan ini: “Lakukan yang terbaik, hasil serahkan pada Tuhan.” Di tangan Dende, rotan bukan lagi sekadar barang. Ia adalah asa yang dianyam untuk kesejahteraan bersama.


Dende prihatin. Meski memesona, jalan rotan NTB tak selalu mulus. Tantangan terberat? Infrastruktur logistik. “Ketiadaan kargo di NTB memaksa kami mengirim barang via Bali,” keluh Dende. Imbasnya: biaya melambung, waktu pengiriman molor, dan pasar sulit diperluas. Padahal, permintaan dari mancanegara terus mengalir.


Persoalan lain terletak pada teknologi finishing. Sebagian besar pengrajin masih bergantung pada teknik manual menggunakan peka (getah pinus) dan gambir. “Pelatihan desain dan finishing modern sangat kami butuhkan untuk bersaing di tingkat internasional,” tambahnya. (PosSore/aryodewo)

 
 
 

Komentar


bottom of page