top of page

Proyeksi Ekspor Mebel Indonesia di Tengah Ketidakpastian Global: Peran Kritis IEU-CEPA dan Tantangan Tarif AS

  • Gambar penulis: HIMKI Pusat
    HIMKI Pusat
  • 3 hari yang lalu
  • 3 menit membaca
Ekspor Mebel Indonesia ke Uni Eropa dan Amerika Serikat

JAKARTA, 8 Juni 2025 – Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) memberikan pandangan komprehensif terkait kondisi ekspor mebel nasional di tengah ketidakpastian global, terutama menyangkut dampak perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) dan ancaman tarif dari Amerika Serikat. Industri mebel, sebagai sektor padat karya, memegang peran strategis dalam perekonomian Indonesia.


Dampak Prioritas Industri Padat Karya di Tengah Ketidakpastian Global

HIMKI menyoroti bahwa Uni Eropa (EU) dan Amerika Serikat (AS) merupakan pasar yang sangat strategis bagi ekspor mebel Indonesia, menyerap lebih dari 50% total ekspor. Pasar EU berkontribusi sekitar 32-35%, sementara AS mendominasi dengan sekitar 51%.

Namun, industri kini dihadapkan pada dua tantangan utama:

  • Efek Tarif dan Regulasi Non-Tarif: Implementasi EU Deforestation Regulation (EUDR) yang memberlakukan persyaratan ketat terkait deforestasi sejak 31 Desember 2020 menjadi ancaman serius. Produk mebel berbasis kayu yang tidak mampu memenuhi persyaratan ketertelusuran bebas deforestasi berisiko tinggi terkena hambatan non-tarif.

  • Peluang Melalui IEU-CEPA: Jika perundingan IEU-CEPA berhasil rampung, HIMKI optimistis perjanjian ini dapat membuka bea masuk nol persen untuk produk mebel Indonesia ke Uni Eropa, yang secara signifikan akan meningkatkan volume ekspor dan daya saing.

  • Risiko Tanpa Perjanjian: Sebaliknya, tanpa pelonggaran tarif melalui perjanjian ini, bea masuk bisa naik hingga 15%. Simulasi pada sektor tekstil menunjukkan potensi penurunan volume ekspor hingga belasan persen, yang juga dapat menimpa industri mebel.

Dalam kondisi ketidakpastian ekonomi global, IEU-CEPA menawarkan "bantalan" (cushion) yang besar bagi industri. Ini dapat mengurangi tarif, membuka akses pasar Uni Eropa yang lebih luas, dan mengamankan keberlanjutan ekspor mebel padat karya Indonesia.


Harapan dan Rekomendasi HIMKI kepada Pemerintah

Untuk memastikan pelaku industri dapat memaksimalkan potensi IEU-CEPA dan menghadapi tantangan yang ada, HIMKI mengajukan beberapa rekomendasi konkret kepada pemerintah:

  1. Negosiasi Pendampingan EUDR melalui CEPA: Membuka peluang sertifikasi alternatif atau pengecualian bagi produk mebel Indonesia agar dapat memenuhi persyaratan EUDR.

  2. Subsidi dan Insentif: Menurunkan tarif impor bahan baku dan mensubsidi akses pembiayaan modal untuk menekan biaya produksi.

  3. Modernisasi Teknologi Produksi: Memberikan dukungan melalui APBN/APBD untuk upgrade mesin, digitalisasi, dan peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

  4. Diplomasi Ekonomi: Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri diharapkan dapat lebih intensif membuka pasar baru (seperti India, Tiongkok, Timur Tengah, dan Kanada) untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS dan Uni Eropa.

  5. Penyederhanaan Regulasi Domestik: Misalnya, simplifikasi sertifikasi SVLK agar tujuan kesetaraan (equivalency) dengan standar Uni Eropa terwujud dan mempercepat proses ekspor.


Dampak Tarif Resiprokal AS terhadap Ekspor Mebel

Selain EUDR, industri mebel Indonesia juga menghadapi ancaman dari Amerika Serikat. AS berencana memberlakukan tarif impor kayu hingga 25% mulai 2 April 2025, yang akan berdampak pada produk kayu, mebel, dan turunannya.


Mengingat sekitar 52-53% ekspor mebel Indonesia (sekitar US1,3 miliar) mengarah ke AS, tarif ini jelas akan sangat memukul daya saing produk Indonesia. Penurunan ekspor nasional sebesar 10,7% pada April 2025 (dari US23,2 miliar menjadi US$20,7 miliar) sebagian besar disebabkan oleh tekanan tarif AS. Industri mebel, sebagai produk kayu padat karya, turut merasakan tekanan ini, dengan potensi perubahan pelanggan dan penipisan margin keuntungan.


Target Ekspor Mebel Akhir Tahun dan Optimisme HIMKI

Pemerintah dan HIMKI telah menetapkan ambisi tinggi untuk mencapai target nilai ekspor mebel dan kerajinan sebesar US$5-6 miliar pada akhir tahun ini, angka yang sama dengan target periode 2024. Untuk merealisasikan target tersebut, diperlukan percepatan rampungnya perundingan IEU-CEPA (dengan target semester I tahun ini) serta mitigasi aktif terhadap ancaman tarif AS melalui pengajuan pengecualian, diversifikasi pasar, dukungan teknologi, dan insentif fiskal.


Dengan disahkannya IEU-CEPA dan adanya respons cepat dari pemerintah terhadap tarif AS, HIMKI optimistis target ekspor mebel tahun ini dapat tercapai. HIMKI menyatakan kesiapan untuk berdiskusi lebih lanjut, menyertai data kuartal, breakdown segmen produk, dan strategi spesifik per negara tujuan.


 
 
 

Comentários


bottom of page