HIMKI Dorong Industri Kreatif RI Contoh Merek Global, Jual Nilai Budaya Bukan Sekadar Komoditas Murah
- HIMKI Pusat

- 29 Okt
- 2 menit membaca

JAKARTA, 29 Oktober 2025 – Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menilai sudah saatnya Indonesia berani keluar dari jebakan sebagai pemasok produk murah di pasar global. Transformasi menuju pemasok bernilai tinggi dinilai lebih strategis untuk masa depan industri kreatif nasional.
Ketua Umum HIMKI, Abdul Sobur, menegaskan bahwa keberhasilan industri kreatif tidak diukur dari seberapa sering ikut pameran atau seberapa besar ekspor, melainkan dari kekuatan merek yang tahan lama. “Kita tidak boleh hanya bicara pameran dan ekspor. Kita harus bicara daya tahan merek, dan daya tahan merek bukan soal besar modal, tapi cara berpikir,” ujar Sobur dalam keterangan pers, Rabu (29/10/2025).
Ia mencontohkan merek global seperti Hermès, Louis Vuitton, Rolex, dan Patek Philippe yang tetap bertahan meski dibanjiri produk tiruan berharga murah. Menurutnya, kekuatan merek-merek tersebut terletak pada kemampuan menjual makna, bukan sekadar barang. “Produk tiruan hanya meniru bentuk, tapi tidak bisa meniru martabat,” ucapnya.
Sobur menilai pelaku industri kreatif Indonesia perlu mengambil jalan serupa. Nilai budaya, narasi, dan cerita lokal harus tertanam dalam setiap produk agar karya Indonesia tidak hanya menjadi komoditas, tetapi juga simbol identitas dan kebanggaan nasional.
“Kalau kita tidak bercerita, dunia hanya akan melihat kita sebagai pabrik. Tapi kalau kita bercerita dengan benar, dunia akan melihat kita sebagai sumber nilai,” kata Sobur.
Ia juga menekankan pentingnya strategi distribusi dan kesejahteraan tenaga kerja sebagai bagian dari nilai merek. Menurutnya, banyak perusahaan gagal karena terlalu fokus menjual secara massal tanpa memperhatikan reputasi dan konteks nilai. “Setiap titik distribusi adalah panggung reputasi. Cara menjual menentukan bagaimana dunia memperlakukan karya kita,” lanjutnya.
Sobur menambahkan, merek global bisa bertahan karena menjadikan warisan sebagai strategi bisnis jangka panjang. "Mereka rela tidak menjual hari ini agar tetap dihormati 30 tahun ke depan. Warisan adalah strategi bisnis,” ujarnya. Ia menilai pendekatan tersebut penting diterapkan di Indonesia agar produk lokal memiliki reputasi global yang berkelanjutan.


























Komentar