top of page

HIMKI Gelar Rakernas 2025, Targetkan Ekspor Mebel Capai USD 6 Miliar pada 2030

Dirjen Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika bersama Ketua Umum HIMKI, Abdul Sobur berserta jajaran pengurus HIMKI saat membuka Rakernas HIMKI 2025

Jakarta – Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) sukses menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 2025 dengan mengusung tema “Kolaborasi dan Sinergi Pemangku Kepentingan untuk Memperluas Pasar Ekspor dan Penguasaan Pasar Dalam Negeri Produk Mebel dan Kerajinan Indonesia”. Acara ini berlangsung di Hotel Manhattan, Jakarta, pada Rabu, 19 Februari 2025.


Dalam sambutannya, Ketua Umum HIMKI, Abdul Sobur, menyatakan bahwa industri mebel dan kerajinan memiliki potensi besar sebagai sektor unggulan nasional. Potensi ini didukung oleh ketersediaan bahan baku yang melimpah, tenaga kerja yang terampil, serta tren pasar yang terus berkembang.


Daya Saing dan Tantangan Industri Mebel Indonesia

Menurut Sobur, daya saing industri mebel Indonesia di pasar global terletak pada penggunaan bahan baku alami yang berkelanjutan, desain khas berciri lokal, serta tenaga kerja yang kompeten. Meski perekonomian global masih dalam tahap pemulihan, permintaan terhadap produk mebel dan kerajinan tetap meningkat. Saat ini, China masih menjadi eksportir utama mebel dunia, diikuti oleh Vietnam.


Berdasarkan laporan Expert Market Research, nilai pasar furnitur global pada 2024 mencapai USD 660 miliar dan diproyeksikan tumbuh sebesar 4,9% per tahun dalam periode 2025–2034.


“Ekspor produk mebel dan kerajinan nasional memang mengalami perlambatan, tetapi kami optimis pertumbuhannya akan kembali meningkat. Salah satu langkah strategis yang kami lakukan adalah melalui pameran IFEX pada Maret 2025, yang diharapkan dapat menahan penurunan ekspor pada kuartal berikutnya,” jelas Sobur.


Ia menambahkan bahwa peluang pasar global tetap terbuka, terutama dengan meningkatnya pembangunan di berbagai negara yang mendorong permintaan terhadap furnitur dan kerajinan. Meskipun Amerika Serikat dan Eropa masih menjadi pasar utama, permintaan dari kawasan ini cenderung menurun akibat inflasi yang tinggi. Oleh karena itu, HIMKI berupaya mengoptimalkan potensi ekspor ke pasar baru seperti Timur Tengah, India, dan Asia.


“Kami optimis industri furnitur nasional akan terus berkembang dengan target ekspor mencapai USD 6 miliar pada 2030,” tegasnya.


Dukungan Pemerintah untuk Meningkatkan Daya Saing

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, memberikan apresiasi terhadap peran HIMKI dalam mendorong industri furnitur nasional. Menurutnya, HIMKI terus bersinergi dengan pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan untuk meningkatkan daya saing industri mebel dan memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.


Putu menyoroti beberapa tantangan yang dihadapi industri furnitur Indonesia, termasuk hambatan logistik ekspor akibat kondisi geopolitik, kebijakan lingkungan di negara tujuan ekspor seperti regulasi EUDR di Uni Eropa, serta meningkatnya impor furnitur berbahan logam dan plastik.


Untuk menghadapi tantangan tersebut, Kementerian Perindustrian telah menyiapkan enam strategi utama, yaitu:

  1. Meningkatkan ketersediaan bahan baku dengan membangun rantai pasok yang lebih efisien.

  2. Meningkatkan kualitas SDM melalui Politeknik Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal.

  3. Memperluas akses pasar ekspor, termasuk partisipasi dalam pameran internasional dan ekspansi ke pasar non-tradisional.

  4. Meningkatkan produktivitas dan kualitas produk, termasuk melalui program restrukturisasi mesin dan peralatan.

  5. Menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk menarik investasi.

  6. Meningkatkan penetrasi pasar India, dengan memfasilitasi enam perusahaan furnitur dalam pameran Index Plus New Delhi pada 2024.


“Respons pasar India terhadap produk furnitur Indonesia sangat positif, menunjukkan potensi ekspor yang besar ke negara tersebut,” ujar Putu.


Selain mendorong ekspor, pemerintah juga memperkuat pasar domestik dengan menggalakkan penggunaan produk ber-TKDN dalam belanja APBN. Upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi terus dilakukan, salah satunya melalui program Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri Pengolahan Kayu yang telah berjalan sejak 2022. Hingga kini, sebanyak 33 perusahaan telah menerima fasilitas ini dengan total nilai reimburse mencapai Rp 20,6 miliar.


Pemerintah juga terus mendukung pengembangan desain furnitur melalui kolaborasi antara desainer dan pelaku industri guna meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global.


“Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, asosiasi, dan pelaku usaha, industri furnitur dan kerajinan Indonesia diharapkan semakin berkembang dan berdaya saing tinggi di pasar global,” tutupnya. (Ridwan-industry)

 
 
 

Comments


bottom of page