top of page

Ancaman PHK Massal Hantui Industri Furnitur Indonesia Akibat Kebijakan Tarif Baru AS

  • Gambar penulis: HIMKI Pusat
    HIMKI Pusat
  • 3 hari yang lalu
  • 3 menit membaca

Pekerja Industri Furnitur

JAKARTA, 15 Juli 2025 – Kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) yang menerapkan tarif 32% untuk produk impor dari Indonesia berpotensi menciptakan guncangan besar bagi industri yang berorientasi ekspor. Salah satu sektor yang paling rentan adalah industri furnitur, yang diperkirakan bakal menghadapi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.


Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur, mengungkapkan bahwa berdasarkan simulasi internal HIMKI, jika tidak ada langkah mitigasi yang nyata, potensi 270 ribu tenaga kerja bisa terancam kehilangan pekerjaan secara bertahap.


Penyebab utama potensi PHK ini adalah penurunan tajam permintaan di pasar AS akibat kenaikan harga produk Indonesia, yang diperkirakan berkisar 20-35%. Sebagai ilustrasi, produk kursi kayu yang normalnya dijual seharga US$ 100 per unit, dengan tarif ini harganya bisa melonjak menjadi US$ 120-135 per unit.


"Kenaikan harga ini tentu akan menekan permintaan. Buyer AS yang sangat sensitif pada harga akan mudah beralih ke negara pesaing," ucap Abdul Sobur. Tingginya harga produk furnitur Indonesia akan mengurangi minat konsumen AS, yang pada akhirnya menyebabkan pesanan turun, kapasitas produksi dikurangi, dan pelaku industri harus menanggung beban biaya tetap. "Inilah yang memicu potensi PHK massal," tegas Abdul Sobur.


Indikasi Pelemahan Permintaan dan Dampak di Sentra Produksi terkait PHK Massal

Ketika produk Indonesia kehilangan daya saing, produksi di dalam negeri pun tersendat, yang berujung pada penurunan drastis pengerjaan untuk permintaan. Abdul Sobur menyebutkan bahwa tanda-tanda pelemahan ini sudah mulai terlihat.


"Saat ini, permintaan dari buyer AS sudah mulai melemah," ungkapnya. Beberapa anggota HIMKI di sentra produksi utama seperti Jepara, Pasuruan, Cirebon, Sukoharjo, dan sekitarnya sudah mengeluhkan penurunan order hingga 20-30% dibandingkan tahun lalu. Sejumlah pabrik skala kecil dan menengah dilaporkan telah mulai mengurangi jam kerja, bahkan melakukan perampingan tenaga kerja sebagai upaya untuk bertahan.


Optimisme Industri dan Langkah Mitigasi

Meskipun dihadapkan pada tantangan besar, pelaku usaha tetap optimistis dan waspada. HIMKI menyatakan akan mengerahkan semua jalur diplomasi, berkolaborasi dengan kementerian terkait, dan mencari solusi bisnis bersama anggotanya agar dampak PHK massal dapat dihindari.


Salah satu strateginya adalah mempercepat relokasi produksi atau melakukan diversifikasi produk ke segmen yang memiliki nilai tambah lebih tinggi dan tidak terlalu sensitif terhadap perang tarif, seperti produk customized, produk luxury, atau produk berbahan baku berkelanjutan.


"Kami juga mendorong kebijakan insentif di dalam negeri, misalnya insentif pajak, pembiayaan murah, dan stimulus pembelian dalam negeri untuk menjaga perputaran produksi dan lapangan kerja," sebut Abdul Sobur.


Perkembangan Negosiasi Tarif AS

Di sisi lain, terdapat perkembangan positif dari upaya pemerintah. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa Indonesia telah mendapatkan penundaan penerapan tarif resiprokal AS sebesar 32%. Penundaan ini diperoleh setelah melakukan negosiasi dengan US Secretariat of Commerce Howard Lutnik dan United States Representative Jamieson Greer, pada 9 Juli 2025.


Airlangga kembali ke AS sebagai respons terhadap pengumuman Presiden Trump yang tetap memberlakukan tarif 32% setelah negosiasi 90 hari sejak kebijakan perang tarif pertama kali diumumkan pada April 2025.

"Jadi pertama tambahan 10% (anggota BRICS) itu tidak ada. Yang kedua waktunya adalah kita sebut pause, jadi penundaan penerapan untuk menyelesaikan perundingan yang sudah ada," kata Airlangga, di Brussels, Belgia, Minggu (13/7/2025).


Airlangga menjelaskan bahwa dari lawatannya ke Washington, AS, Indonesia diberikan waktu tiga minggu untuk melakukan negosiasi lanjutan guna menyelesaikan finalisasi perundingan. "Jadi tiga minggu ini diharapkan finalisasi daripada fine tuning daripada proposal dan fine tuning daripada apa yang sudah dipertukarkan," sambungnya.


Sumber: CNBC Indonesia. Artikel "Industri RI Ini Ancang-ancang PHK Besar-besaran karena Ulah Trump" selengkapnya dapat diakses di: https://www.cnbcindonesia.com/news/20250714150449-4-648942/industri-ri-ini-ancang-ancang-phk-besar-besaran-karena-ulah-trump

Comments


bottom of page